Nasi berbentuk gunungan atau kerucut itu sarat akan makna, lebih-lebih
makna spiritual. Gunung dalam banyak tradisi dan kepercayaan, termasuk Jawa,
sering diidentikkan sebagai tempat yang maha tinggi/ tempat penguasa alam bertahta.
Dalam refleksi selanjutnya, bagi orang Jawa, gunung merupakan tempat yang
sakral karena diyakini memiliki kaitan
yang erat dengan langit dan surga. Bentuk tumpeng yang seperti gunung dalam
tradisi Jawa memiliki makna mau menempatkan Tuhan pada posisi puncak, tertinggi, yang menguasai alam dan manusia. Bentuk
ini juga mau menggambarkan bahwa Tuhan itu awal dan akhir, orang Jawa biasa menyebut-Nya dengan Sang Sangkan Paraning Dumadi artinya bahwa
Tuhan adalah asal segala ciptaan dan
tujuan akhir dari segala ciptaan. Tumpeng yang digunakan sebagai simbolisai
dari sifat alam dan manusia yang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Bentuk tumpeng juga seperti tangan terkatup, sama
seperti saat seseorang menyembah. Hal ini juga mau menggambarkan bahwa Tuhan patut disembah dan dimuliakan.
Bentuk
menggunung nasi tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup
kita semakin naik dan beroleh kesejahteraan yang tinggi. Demikian pula
dengan Tumpeng Lupis yang menggunakan sawut /yang berbentuk kerucut
menyerupai gunung..
Tumpeng
Lupis biasanya dipakai untuk acara pernikahan, ulang tahun bahkan untuk
acara - acara pembangunan rumah / gedung dan Tumpeng Lupis juga
diartikan sebagai ucapan rasa syukur kepada Pencipta atas segala karunia
dan rejeki yang diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar